Kamis, 04 Februari 2016

Latar Belakang Jamur 1

Indonesia merupakan salah satu negara tropis di Asia yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alamnya, dalam hal ini tumbuhan, yang akan kita bahas di dalam blog ini adalah jamur dan fungi.


A. HUBUNGAN ANTARA JAMUR DAN FUNGI

Banyak orang berpikir bahwa jamur dan fungi adalah sama atau satu sama lain adalah nama lainnya. Padahal tidak lho.... Jamur merupakan salah satu dari jenis fungi. Fungi adalah sebutan bagi sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof (jangan tanya yaa apa itu....maklum ibu-ibu nich) yang mencerna makanannya di luar tubuh, lalu menyerap nutrisi yang dihasilkan dari proses pencernaan itu ke dalam struktur selnya.

Fungi mempunyai bermacam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana (1 sel / uniselular), bentuk serat / filamern, sampai yang menyerupai tubuh buah. Seringkali masyarakat mengenal sebagian anggota fungi hanya dari penampilan luarnya, yaitu : jamur, kapang, dan khamir / ragi.


Macam-macam jamur
Jamur adalah istilah bagi fungi filum Basidiomycota yang memiliki tubuh buah seperti payung. Kapang (mold) biasanya tumbuh pada permukaan nasi basi, bahan makanan yang terlau lama tidak diolah, atau sebagai kontaminan pada permukaan media yang telah diproses secara khusus, tetapi tidak berlangsung sempurna. Sebagian besar kapang termasuk ke dalam filum Ascomycota.

Kapang pada roti
Khamir adalah fungi uniselular yang sering dimanfaatkan di dalam pembuatan roti, fermentasi minuman beralkohol, atau pembuatan sel bahan bakar natural (biogas atau bioetanol).


B. PERBEDAAN JAMUR EDIBEL DAN JAMUR NON-EDIBEL

Jamur dapat digolongkan menjadi dua golongan besar berdasarkan manfaatnya, yaitu :
  1. Jamur yang dapat dikonsumsi (jamur edibel)
  2. Jamur yang tidak dapat dikonsumsi (jamur non-edibel)

B.1. Jamur Edibel (Jamur Pangan)

Jamur edibel adalah semua jenis jamur yang dapat dikonsumsi atau dimakan dan atau dapat diolah sebagaimana umumnya bahan makanan lainnya. Jamur ini bernilai nutrisi baik, yang berupa kalori dan lemak yang tergolong rendah, berprotein tinggi, dan berkarbohidrat rendah. Jumlah jamur edibel potensial yang hingga saat ini sudah terdata adalah 600 jenis, di mana 200 jenis di antaranya sudah dimanfaatkan, dan 35 jenis khususnya sudah dibudidayakan secara komersial.


B.1.1. Jamur-jamur edibel (jamur pangan) yang sudah umum dikenal masyarakat adalah :
 ,

B.1.1.1. Jamur Kancing atau Jamur Champignon (Agaricus Biporus)

Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total  produksi jamur dunia. Jamur kancing (Agaricus bisporus) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom, white mushroom, common mushroom atau cultivated mushroom. Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris.

Jamur Kancing (Agaricus Biporus)
Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik, sebagian orang ada yang menyebutnya sedikit manis atau seperti “daging”.
Jamur kancing segar bebas lemak, bebas sodium, serta kaya vitamin dan mineral, seperti vitamin B dan potasium. Jamur kancing juga rendah kalori, 5 buah jamur ukuran sedang sama dengan 20 kalori.


B.1.1.2. Jamur Kuping (Auricularia Polytrica)

Jamur yang banyak dipakai untuk masakan Tionghoa, terdiri dari jamur kuping putih (Tremella fuciformis), jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) dan jamur kuping merah (Auricularia auricula-judae)
Jamur Kuping Hitam (Auricularia Polytrica)
Jamur Kuping merupakan  jamur yang pertama kali dibudidayakan bahkan sebelum jamur Shiitake di Cina. Di Indonesia jamur Kuping sangat lumrah dikenal di kalangan masyarakat menengah ke bawah setelah jamur merang. Masyarakat tradisional masih sering mengambil jamur ini dari alam yang biasanya tumbuh pada batang-batang yang sudah lapuk. Jamur Kuping terutama jenis jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) saat ini sudah banyak dibudidayakan secara  modern dalam log-log serbuk kayu.
Menurut data statistik, produksi segar jamur kuping (worldwide) menempati urutan keempat (346.000 ton) setelah Champignon, Tiram dan Shiitake pada tahun 1991.


B.1.1.3. Jamur Shiitake (Lentinula Edodes)

Paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. Sekitar 10% dari total produksi jamur dunia berupa jamur shiitake.
Jamur Shiitake (Lentinula Edodes)
Shiitake disebut juga ‘Chinese Black Mushroom’. Jamur jenis ini  sudah dikenal sebagai jamur konsumsi sejak 2000 tahun yang silam di dataran Asia. Produksi jamur  Shiitake secara industri massal pertama kali dilakukan di Jepang pada tahun 1940an. Namun budidaya secara traditional sudah dimulai sejak 900 tahunan yang silam di Cina.


B.1.1.4. Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)

Tiongkok merupakan produsen jamur tiram yang utama. Sekitar 25% dari total produksi jamur dunia berupa jamur tiram. Jamur tiram/shimeji dikenal pula dengan nama populer Oyster Mushroom dan nama ilmiah Pleurotus ostreatus. Tangkai tudungnya menyerupai cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem.
Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)
Ada beberapa jenis jamur tiram yaitu jamur tiram putih, jamur tiram merah jambu, jamur tiram kelabu,  dan jamur tiram coklat. Jamur tiram yang dikenal paling enak dan paling disukai masyarakat sehingga paling banyak dibudidayakan ialah jamur tiram putih.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang.
Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipelihara dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik.


B.1.1.5. Jamur Merang (Volvariella Volvacea)
 
Jamur Merang (Volvariella Volvacea)




Sekitar 16% dari total produksi jamur dunia berupa jamur merang.  Jamur merang (Volvariella volvacea, sinonim: Volvaria volvacea, Agaricus volvaceus, Amanita virgata atau Vaginata virgata) atau kulat jeramoe dalam bahasa Aceh merupakan  salah satu spesies jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara yang beriklim tropis atau subtropis. Jamur ini telah lama dibudidayakan sebagai bahan pangan karena spesies ini termasuk golongan jamur yang paling enak rasanya dan mempunyai tekstur yang baik. 




B.1.1.6. Jamur Enoktake (Flammulina Velutipes)

Dikenal juga sebagai jamur musim dingin (winter mushroom). Di wilayah dunia beriklim sejuk, jamur ini tumbuh di alam bebas pada suhu udara rendah mulai musim gugur hingga awal musim semi. Jamur ini juga diketahui tumbuh di bawah salju. Jamur Enokitake biasanya tumbuh di permukaan batang pohon Celtis sinensis (bahasa Jepang: Enoki) yang sudah melapuk, sehingga disebut Enokitake (jamur Enoki).
Jamur Enokitake (Flammulina Velutipes)
Jamur Enokitake hasil budidaya bisa dipanen sepanjang tahun. Tubuh buah Enokitake hasil budidaya terlihat beda dari Enokitake yang tumbuh di alam bebas. Jamur hasil budidaya dilindungi dari sinar matahari sehingga berwarna putih, sedangkan jamur di alam bebas berwarna coklat hampir merah jambu.


B.1.1.7. Jamur Maitake (Grifola Frondosa)
Jamur Maitake (Grifola Frondosa)
 Mengeluarkan aroma harum kalau dimasak, dikenal dalam bahasa Inggris sebagai hen of the woods.


B.1.2. Jamur-jamur edibel yang agak tidak umum dikenal masyarakat adalah :

B.1.2.1. Jamur Matsutake (Tricholoma matsutake (S.Ito et Imai) Sing.)

Jamur langka yang belum berhasil dibudidayakan dan diburu di hutan pinus wilayah beriklim sejuk. Dipanen pada musim gugur dan merupakan jamur berharga sangat mahal di Jepang.
Jamur Matsutake (Tricholoma matsutake (S.Ito et Imai) Sing.)
Di Jepang, matsutake adalah bahan makanan mewah yang berharga sangat mahal. Jamur ini memiliki wangi harum yang kuat, dan dimakan setelah dipanggang sedikit di atas api, ditanak bersama beras menjadi nasi matsutake (matsutake gohan), dan sebagai campuran dobinmushi (sup dalam teko).


B.1.2.2. Jamur Truffle (Tuber magnatum, Tuber aestivum, Tuber melanosporum, dan Tuber brumale)
Jamur Truffle (Tuber magnatum, Tuber aestivum, Tuber melanosporum, dan Tuber brumale)
Jamur langka yang sulit ditemukan, sehingga menemukannya butuh bantuan anjing dan babi yang memiliki penciuman tajam. Jamur truffle adalah jamur termahal di dunia (artikel dari The Telegraph), digunakan dalam jumlah sedikit sebagai penyedap pada masakan Perancis seperti masakan Foie gras. 
Tentunya untuk kalangan muslim jenis jamur ini bisa digolongkan makanan haram sepertinya....hehehehe......... 


B.1.2.3. Tricholoma Sejunctum

Tricholoma sejunctum adalah jamur yang muncul di banyak belahan bumi utara dan berhubungan dengan hutan pinus.
Tricholoma Sejunctum
Ada beberapa perdebatan mengenai sifatnya yang dapat dimakan, meskipun demikian tampaknya jamur ini telah secara tradisional dikonsumsi di sebagian besar dunia tanpa efek buruk yang tercatat. Baru-baru ini, di Eropa itu telah diidentifikasi sebagai penyebab dari keracunan. Namun begitu, jamur ini juga menjanjikan sebagai bahan obat anti-virus atau anti-kanker.

Jamur ini digambarkan baik di Amerika Utara dan di Cina sebagai memiliki rasa 'bertepung', memang di provinsi Yunnan China di mana ia paling sering dikonsumsi secara umum, dikenal sebagai 荞 面 菌 (pinyin: xiao mian Juni; artinya 'Mie Soba Jamur') karena properti ini, meskipun fakta bahwa nama yang tepat adalah 黄绿 口蘑 (artinya 'Jamur Mulut Kuning Kehijauan').


B.1.2.4. Jamur Chantherelle (Cantharellus Cibarius)

Cantharellus cibarius, umumnya dikenal sebagai chanterelle, atau girolle, adalah sebuah jamur. Jamur jenis ini mungkin adalah spesies yang paling dikenal dari genus Cantharellus, jika tidak seluruh keluarga Cantharellaceae. Ciri jamur ini adalah oranye atau kuning, gemuk dan berbentuk corong. Pada permukaan bawah, di bawah topi yang halus, ia memiliki semacam insang seperti profil atap rumah yang berjalan hampir sepanjang jalurnya, yang mengecil ke bawah dari topi. Ia memancarkan aroma buah-buahan, semacam aprikot dan rasa agak pedas (maka nama Jerman-nya, Pfifferling) dan dianggap sebagai jamur merang yang sangat baik.

Chanterelles yang umum di bagian utara Eropa, Amerika Utara, termasuk Meksiko, di Asia, termasuk Turki dan Himalaya (termasuk Kashmir, Nepal, dan Bhutan), dan di Afrika termasuk Zambia, Kongo dan Uganda. Chanterelles cenderung tumbuh dalam kelompok di hutan konifer berlumut, tetapi juga sering ditemukan di hutan birch pegunungan dan di antara rumput dan tumbuhan yang tumbuh rendah. Di Eropa tengah, termasuk Ukraina, chanterelle emas sering ditemukan di hutan birch di antara spesies dan bentuk yang sama. Di Inggris, mereka dapat ditemukan dari bulan Juli sampai Desember.
Pada suatu waktu, semua chanterelles kuning atau emas di barat Amerika Utara telah diklasifikasikan sebagai C. cibarius. Menggunakan analisis DNA, mereka telah sejak terbukti menjadi kelompok spesies terkait. Pada tahun 1997, chanterelle Pacific emas (C. formosus) dan C. cibarius var. roseocanus diidentifikasi, diikuti oleh C. cascadensis pada tahun 2003 dan C. californicus pada tahun 2008. C. cibarius var. roseocanus terjadi di Pacific Northwest di hutan cemara Sitka, serta Kanada Timur dalam hubungan dengan pinus banksiana.
Cantharellus Cibarius
Chanterelles relatif tinggi vitamin C (0,4 mg / g berat basah), yang sangat tinggi kalium (sekitar 0,5%, berat segar), dan merupakan salah satu sumber terkaya vitamin D yang diketahui, dengan ergocalciferol (vitamin D2) setinggi 212 IU / 100 gram berat basah. Penelitian ilmiah telah menyarankan bahwa chanterelle emas mungkin memiliki sifat insektisida kuat yang tidak berbahaya bagi manusia dan belum melindungi tubuh jamur terhadap serangga dan organisme berbahaya lainnya.

Meskipun catatan-catatan tentang chanterelles mulai dimakan dimulai sejak abad ke-16, mereka pertama kali mendapat pengakuan luas sebagai kelezatan kuliner dengan pengaruh penyebaran masakan Perancis di abad ke-18, di mana mereka mulai muncul di dapur istana. Selama bertahun-tahun, jamur ini menjadi hidangan penting di atas meja para bangsawan. Dewasa ini, penggunaan chanterelles di dapur menjadi sangat umum di seluruh Eropa dan Amerika Utara. Pada 1836, para ahli mikologi Swedia Elias Fries menganggap chanterelle "sebagai salah satu jamur yang paling penting dan terbaik dimakan."

Chanterelle-chanterelle sebagai kelompok tumbuhan umumnya digambarkan sebagai kaya rasa, dengan rasa yang khas dan aroma sulit untuk menggambarkan. Beberapa spesies memiliki bau buah, yang lain lebih kayu, aroma bersahaja, dan yang lain bahkan bisa dianggap pedas. Chanterelle emas mungkin yang paling banyak dicari dan sebagai chanterelle yang kaya aroma, dan banyak para koki menganggapnya termasuk ke dalam kelas cita rasa yang sejajar dengan  jamur truffle dan morel. Oleh karena itu cenderung untuk memiliki harga tinggi baik di restoran dan pun toko-toko khusus.

Ada banyak cara untuk memasak chanterelle. Sebagian besar kandungan beraroma dari chanterelle dapat larut dalam lemak, membuat jamur ini baik untuk tumis dalam mentega, minyak atau krim. Mereka juga mengandung sejumlah kecil dari air dan larutan perasa alkohol, yang menjadikan jamur ini dapat diolah dengan baik untuk resep yang melibatkan anggur atau masakan beralkohol lainnya. Banyak metode populer memasak chanterelle memasukkannya ke dalam tumis-tumisan, sejenis omellet, saus krim, dan sup. Mereka tidak biasanya dimakan mentah, karena rasa mereka yang kaya dan kompleks sehingga akan keluar dengan sangat baik ketika dimasak.

Chanterelle juga cocok untuk bila dikeringkan, dan cenderung dapat mempertahankan aroma dan konsistensi mereka cukup baik. Beberapa koki mengaku bahwa setelah chanterelle kering diberi air kembali sebenarnya unggul dalam rasa dibandingkan dengan yang segar, meskipun mereka kalah dalam tekstur, mereka akan mendapatkan rasa dengan menjadi lebih kenyal setelah diawetkan dengan pengeringan. Chanterelle kering juga dapat dihancurkan menjadi tepung dan digunakan dalam bumbu dalam sup atau saus. Chanterelle juga cocok bila dibekukan, meskipun chanterelle yang sudah lama beku sering dapat mengembangkan rasa sedikit pahit setelah pencairan.
Di Himalaya Kerajaan Bhutan, itu dikenal sebagai Sisi Shamu dan umumnya diambil dari hutan. Selama musim, itu dimasak dengan keju dan cabe atau dimasak dengan daging.


B.1.2.5. Cantharellus Lutescens

Lutescens Craterellus, atau Cantharellus lutescens atau Cantharellus xanthopus atau Cantharellus aurora, umumnya dikenal sebagai Yellow Foot, adalah spesies jamur. Jamur ini berkaitan erat dengan Craterellus tubaeformis. Hymenium (permukaan berlajur tempat tumbuhnya spora) yang biasanya oranye atau putih, sedangkan hymenium C. tubaeformis abu-abu. C. lutescens juga biasanya ditemukan di lahan basah.
Cantharelus Lutescens
Spesies ini lebih berwarna cerah daripada Craterellus tubaeformis. Topi jamur yang bercuping tidak teratur dan berwarna coklat gelap. Hymenium (tempat spora) dan Stipe (batang tubuh jamur) juga lebih berwarna cerah daripada C. tubaeformis. Hymenium hampir halus atau sedikit berurat dan merah muda. Stipe berwarna kuning-oranye.
Spesies dapat umum ditemukan dalam koloni besar di beberapa hutan konifer, di bawah pohon cemara, pohon cemara gunung, atau hutan pinus dekat tepi laut.
Sekilas bisa dikatakan bahwa C. Lutescens hampir mirip dengan C. Cibarius, bahkan metode pemanfaatnya sebagai bahan makanan juga mirip.


B.1.2.6. Volvariella Bombycina

Volvariella Bombycina, umumnya dikenal sebagai jamur selubung halus, jamur rosegill halus, jamur perak sutra jerami, atau jamur pohon, adalah spesies jamur yang dapat dimakan dalam keluarga Proteaceae. Hal ini merupakan spesies jarang tetapi penyebarannya meluas, yang telah dilaporkan dari Asia, Australia, Karibia, Eropa, dan Amerika Utara. Badan buah (jamur) dimulai berkembang di tipis, telur-seperti kantung. Ini pecah dan batang mengembang cepat, meninggalkan kantung di dasar batang sebagai volva. Topi, yang bisa mencapai diameter hingga 20 cm (8 inch), berwarna putih untuk sedikit kekuningan dan ditutupi dengan rambut halus. Di bawah topi yang erat insang spasi, bebas dari keterikatan pada batang, dan awalnya putih sebelum menyalakan merah muda sebagai spora matang. Jamur tumbuh secara tunggal atau dalam kelompok, sering muncul dalam knotholes tua dan luka di pohon elm dan maple. V. bombycina mengandung senyawa dengan sifat anti bakteri.
Volvariella Bombycina adalah spesies saprobik. Badan buah tumbuh secara tunggal atau dalam kelompok kecil pada batang dan tunggul membusuk kayu keras yang mati. Spesies disukai termasuk maple gula, maple merah, maple perak, magnolia, mangga, beech, oak, dan elm. Hal ini sering ditemukan di celah dan knotholes dari batang pohon mati atau hidup. Telah tercatat buah di lokasi yang sama selama beberapa tahun. Meskipun preferensi untuk kayu keras, telah dilaporkan tumbuh di kasus yang jarang terjadi pada kayu konifer. Sebuah spesies jarang dengan distribusi yang luas, telah dilaporkan dari Asia (Cina, India, Korea, Pakistan), Karibia (Kuba), Australia, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan ini mengakuisisi dilindungi. Status di Hungaria pada tahun 2005, sehingga pelanggaran hukum untuk mengambilnya. Ragam microspora diketahui dari Venezuela, sementara V. bombycina var. palmicola terjadi di Kongo.
Volvariella Bombycina
Beberapa metabolit sekunder bioaktif telah diisolasi dan diidentifikasi dari tubuh Volvariella Bombycina buah, miselium, atau budaya murni. Senyawa ergosta-4,6,8 (14), 22-tetraene-3-satu, ergosterol peroksida, indole-3-carboxaldehyde, dan indazole ditemukan di kultur cair. Pada tahun 2009, senyawa isodeoxyhelicobasidin baru diidentifikasi dari kaldu budaya; senyawa ini menghambat elastase manusia enzim. Jamur ini juga menghasilkan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan.
Badan buah yang dapat dimakan, dan biasanya dianggap berkualitas baik. Mereka telah disebut "sangat baik", "lezat" dengan "rasa sederhana dan menyenangkan", dan "layak makan jika ditemukan dalam jumlah yang cukup besar".


B.1.2.7. Jamur Bolete (Boletus Parasiticus)

Pseudo boletus parasiticus (sinonim Xerocomus parasiticus) tidak mtungkin bingung dan tertukar dengan spesies lain, karena hanya terdapat di atas permukaan jamur scleroderma citrinum (earthball). Ini adalah Bolete langka, dan sebagian besar jamur earthball yang kita temukan belum tentu disertai oleh jamur yang tampak kusam ini. Bila kita lihat sekilas jamur ini dianggap sebagai parasit pada jamur earthball, namun jamur bolete ini sekarang diyakini hanya melakukan sedikit atau tidak merusakkan 'mitra-nya' - tapi sebelum menyetujuinya, silakan lihat bentuk layu dari jamur earthball dalam gambar ini!
Boletus Parasiticus di atas Earth Ball

 
Mekanisme parasit Boletus Parasiticus terhadap Earth Ball

Jamur Bolete ini terdapat di seluruh Inggris dan Irlandia, tetapi dengan distribusi lokal, dan bisa dikatakan sebagai jamur langkaBoletus Parasiticus ditemukan juga di sebagian besar negara di Eropa tengah dan utara tapi jarang tercatat di wilayah Mediterania. Bolete ini juga dilaporkan dari beberapa bagian Amerika Utara.
 
Awalnya kita akan menganggap jamur Boletus parasiticus ini tidak mungkin untuk dimakan karena merupakan jamur liar. Ketika kita pertama kali menemukannya, kita tidak berharap bahwa kita kemudian memakannya. Bahkan, kita akan tidak yakin apa itu. Mungkin kita tahu itu Bolete dari ciri-cirinya, tapi apakah tumbuhan seperti bola aneh yang menonjol dari dasar setiap spesimen? Dugaan pertama kita adalah bahwa mereka adalah bentuk yang "digugurkan" oleh jamur parasit, seperti Entoloma abortivum, entoloma yang digugurkan. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, menjadi jelas bahwa tumbuhan itu sebenarnya adalah jamur earthball biasa, Scleroderma citrinum. Tidak ada yang memparasiti suatu jamur bolete, yang ada malahan jamur bolete-lah yang menjadi parasit.
 

Pada titik ini, kita akan lebih memiliki keraguan bahwa jamur bolete ini dapat dimakan, karena jamur earthball yang diparasitinya dikenal sebagai jamur beracun. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa B. parasiticus dapat dimakan selama Anda tidak memakan jamur earthball juga yang ada di samping mereka. Jamur ini mungkin bukan jamur bolete terbesar, tetapi mereka memiliki rasa menyenangkan dan tekstur, dan kita bisa berharap untuk mencarinya untuk dimakan di masa depan.
Kita dapat mengasumsikan bahwa jamur ini lebih aman untuk dimakan daripada kebanyakan jamur bolete lainnya karena kita akan selalu menemukan mereka memparasiti jamur earthball dan tidak akan pernah menemukan jamur bolete lainnya memainkan peran itu. Oleh karena itu, mereka adalah jamur Bolete ini mudah bagi kita untuk mengidentifikasi tanpa panduan lapangan, bahkan dari kejauhan. Ditambah jamur earthball terlihat sangat berbeda dalam bentuk dan terutama ketika diiris terbuka.



B.1.2.8. Vascellum Pratense

Sebuah pemandangan yang sangat umum di rumput di musim gugur adalah jamur Vascellum pratense, sebuah puffball putih kecil yang tumbuh tidak lebih dari sekitar 50 mm di. Jika Anda memilih salah satu dari ini ketika itu baru, interior putih dan memiliki bau jamur. Kemudian di dalam menjadi massa spora berwarna coklat yang muncul melalui sebuah lubang di bagian atas. Kuantitas semata-mata spora dirilis oleh jamur ini begitu luas bahwa seseorang hanya bisa membayangkan tingkat keberhasilan perkecambahan dan pembentukan koloni baru sangat kecil. Investigasi puffballs lainnya mendukung kesimpulan ini. Berikut adalah seperti yang telah baru dipetik dari rumput:

  
Ketika dipotong setengah, jamur menunjukkan dua zona yang berbeda:
Permukaan atas memiliki tekstur berkutil baik:
Untuk makan ini, disarankan bahwa mereka akan mengambil sebelum zona atas mulai berubah menjadi massa spora. Dengan kata lain, sementara daging adalah semua putih. Mereka tidak dianggap sebagai sangat diinginkan dimakan. Bila kita goreng beberapa potong di dalam minyak goreng, di mana mereka kecokelatan dengan sangat cepat, dan kemudian memasukkan mereka dalam telur dadar. Rasanya agak tidak menyenangkan. Agar tidak tampak rasa aneh diakhir makan, maka sangat disarankan untuk meningkatkan efek rasa dengan bumbu atau sejenisnya. Ini cukup spesies khas. Hal utama untuk berhati-hati dari tidak membingungkan mereka dengan genus Scleroderma. Saran terakhir dalam mengkonsumsi jamur ini adalah bahwa kulit harus dikupas sebelum dimasak.


B.1.2.9. Stropharia Rugoso-Annulata

Stropharia rugosoannulata, umumnya dikenal sebagai stropharia cap anggur, "taman raksasa", jamur burgundy atau raja stropharia (Jepang: saketsubatake), adalah jenis jamur agaric dari keluarga Strophariaceae ditemukan di Eropa dan Amerika Utara, dan diperkenalkan ke Australia dan Selandia Baru.

Tidak seperti banyak anggota lain dari genus Stropharia, itu secara luas dianggap sebagai pilihan yang dapat dimakan dan dibudidayakan untuk makanan.

Raja stropharia bisa tumbuh sampai 20 cm tinggi dengan cembung coklat kemerahan untuk meratakan topi hingga 30 cm di, ukuran yang mengarah ke sehari-hari nama godzilla jamur lain [2] Insang yang awalnya pucat, kemudian abu-abu, dan akhirnya ungu gelap. -Brown dalam warna. Daging perusahaan putih, seperti batang tinggi yang dikenakan cincin keriput. Ini adalah asal-usul julukan khusus yang berarti "keriput-cincin".

Hal ini ditemukan pada serpihan kayu dan kulit mulsa (material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tumbuh dengan baik) di Amerika Utara pada musim panas dan musim gugur. Digambarkan sebagai sangat lezat oleh beberapa penulis, raja stropharia mudah dibudidayakan pada media yang sama dengan yang yang tumbuh secara alami. Antonio Carluccio merekomendasikan penumisan jamur ini dalam mentega atau memanggang mereka

Menurut Paul Stamets di dalam bukunya 'Miselium Running', sebuah penelitian yang dilakukan oleh Christiane Pischl menunjukkan bahwa raja stropharia membuat taman pendamping yang sangat baik untuk jagung. Jamur juga memiliki sejarah Eropa yang tumbuh dengan jagung.

Sebuah studi tahun 2006 yang diterbitkan dalam jurnal Applied and Environmental Microbiology, ditemukan raja stropharia memiliki kemampuan untuk menyerang nematoda Panagrellus redivivus; jamur menghasilkan sel berduri unik yang disebut acanthocytes yang mampu melumpuhkan dan mencerna nematoda. Lihat jamur nematophagous.

Stropharia Rugoso-Annulata

Yang lebih muda dari jamur merah lebih cocok untuk makan. Mereka berdaging dan kaya dan cocok dengan sautes dan saus daging. Jamur yang lebih besar dapat digunakan untuk membuat hidangan panggang jamur.
Sebuah penelitian baru menemukan bahwa lectin (protein yang mengikat untuk karbohidrat) dari topi anggur ditampilkan aktivitas anti-kanker terhadap leukemia dan kanker hati sel. Selain itu, lektin ini menunjukkan aktivitas anti-HIV (Molekul 2014). Penelitian lain telah menemukan bahwa eksopolisakarida diisolasi dari topi anggur dipamerkan ampuh anti-tumor dan efek antioksidan (International Journal of Medicinal Jamur 2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar